Hadapi Pilkada dan Pilpres, Presiden Jokowi: Pilih Pemimpin Yang Paling Baik, Setelah Itu Rukun Kembali
By Admin
nusakini.com--Terkait dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilaksanakan secara serentak di 171 daerah pemilihan Juni mendatang, sementara bulan Agustus sudah pendaftaran Capres (Calon Presiden) dan Cawapres (Calon Wakil Presiden), dan tahun depan Pilpres (Pemilihan Presiden), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat untuk menyadari bahwa kita ini adalah saudara sebangsa setanah air.
Menurut Presiden, beda pilihan silakan karena ini adalah pesta demokrasi. Tetapi Presiden Jokowi mengingatkan, jangan sampai karena berbeda pilihan bupati, walikota, gubernur, presiden kita ini retak atau tidak saling menyapa antar tetangga, kampung, teman.
“Rugi besar dan biaya sosialnya terlalu besar, hanya urusan pilkada setiap 5 tahun,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Harlah ke 93 Yayasan Al Khairiyah dan Silaturahim Seribu Ulama Banten, di Pondok Pesantren Al Khairiyah, Citangkil, Cilegon, Banten, Jumat (11/5).
Kepala Negara menyampaikan kepada masyarakat agar memilih pemimpin yang dianggap paling baik, dicoblos. Namun setelah itu, tutur Kepala Negara, rukun kembali sebagai saudara sebangsa setanah air.
“Jangan sampai dibawa kemana-mana. Ini adalah hajatan politik, dan kadang politik itu banyak jahatnya,” ujar Kepala Negara seraya menunjuk contoh di media sosial yang ramai sekali.
Menurut Presiden, kita lupa kalau kita ini saudara. Mestinya, tutur Pesiden, kita perkuat ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah basyariyah lebih besar lagi, kita jaga bersama-sama.
Namun di media sosial, menurut Presiden, yang terjadi saling mencela, mengejek, menjelekkan, mencemooh, curiga, ujaran kebencian, ujuran kedengkian.
“Itu namanya suhul tafahum, mestinya yang kita kembangkan adalah khusnul tafahum. Jangan suhul tafahum gampang curiga, benci, dengki, kurang pengertian, berpikiran jelek,” tutur Presiden seraya menambahkan, mestinya disini berpikiran baik, positif. Yang dikembangkan mestinya khusnul tafahum berpikir dengan penuh kecintaan, kepositifan, berprasangka yang baik.
Presiden mengingatkan yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin, bahwa kita ini dilihat oleh negara lain sangat baik, ingin dijadikan contoh, role model. “Berbeda-beda suku, agama, bahasa daerah tetapi tetap rukun dan bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya.
Bangsa Besar
Sebelumnya pada awal sambutannya, Presiden Jokowi mengingatkan kepada bahwa negara Indonesia ini adalah sebuah negara besar. Saat ini penduduk Indonesia sudah 263.000.000, sebuah jumlah yang besar. Yang hidup di 17.000 pulau yang miliki. Kita juga memiliki 714 suku yang berbeda-beda adat, tradisi dan bahasa daerah.
“Catatan yang ada di saya kita memiliki 1100 lebih bahasa daerah. Kita juga memiliki 514 kabupaten dan kota di 34 provinsi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote,” kata Presiden Jokowi.
Ia mengajak semua hadirin pada acara tersebut untuk membayangkan betapa negara ini memang negara yang sangat besar. Presiden mengaku pernah terbang dari Banda Aceh naik pesawat menuju ke Wamena, waktu yang dibutuhkan adalah 9 jam 15 menit.
“Itu kalau naik pesawat dari London, Inggris sampai Istanbul, Turki, melewati kurang lebih 6-8 negara,” ucap Presiden seraya menambahkan, artinya negara kita adalah negara besar, yang sering kita tidak menyadari bahwa suku di Indonesia berbeda-beda, agama yang kita anut juga berbeda-beda, bahasa daerah pun juga berbeda-beda.
Ikut mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Gubernur Banten Wahidin Halim. (p/ab)